Mengenal Macam-macam Hama Padi dan Musuh Alaminya

Posted by Admin

loading...
Jangan Bunuh Serangga-serangga Ini Karena Mereka Musuh Alami Dari Hama Padi Sawah
Jangkrik, kumbang kubah, kumbang tanah, belalang, laba-laba, dan tabuan adalah musuh alami hama padi seperti wereng coklat. Keberadaan hewan-hewan kecil ini secara tidak langsung telah membantu petani untuk mengendalikan serangan hama padi terutama hama wereng yang sangat merugikan petani padi.Sebagai contoh: Jengkerik dewasa dan nimfa merupakan predator telur wereng dan ulat serta memakan larfa kecil dan wereng, juga memangsa telur penggerek batang bergaris, penggerek batang kepala gelap, pengggulung daun, ulat gerayak, lalat daun, nimfa werwng batang dan wereng daun.
Di daerah pesawahan terdapat kumpulan mahluk hidup berupa serangga-serangga berguna, laba-laba dan penyakit yang menyerang hama tanaman padi. Spesies serangga berguna itu dapat mengendalikan kepadatan populasi hama padi, terutama ditempat yang menghindari penggunaan pestisida yang memiliki daya racun cukup luas. tanpa bekerjanya spesies berguna tersebut, serangga hama akan memperbanyak diri dengan cepat sehingga mereka dapat memakan habis pertanaman padi.

Belalang (Hama Sekaligus Predator Hama)

Hama mempunyai kemampuan berkembang biak yang tinggi guna mengimbangi adanya tingkat kematian tinggi pula dalam menghadapi alam. Misalnya satu induk wereng batang cokelat padi sebetulnya dapat menghasilkan banyak keturunan, tetapi karena bekerjanya preator, parasit dan penyakit, sehingga hanya 1 atau 2 dewasa yang dapat hidup setelah satu generasi. bukanlah sesuatu yang luar biasa bila terjadi mortalitas sebesar 98 - 99%. Kalau tidak demikian tingkat kepadatan hama akan terjadi ledakan. 

Musuh alami juga mempunyai musuhnya sendiri di alam. Setiap jenis parasit atau predator juga mempunyai predoator, parasit dan penyakitnya sendiri. Kebanyakan predator bersifat kanibalistik atau memakan temannya sendiri. Prilaku ini ada baiknya, karena dapat menjamin bahwa meskipun dalam keadaan tanpa mangsa di lapangan masih terdapat beberapa predator yang tetap hidup dan melanjutkan siklusnya.

Keseimbangan alam antara serangga hama dan musuh alaminya sering diganggu oleh penggunaan racun serangga yang tidak tepat dan berlebihan. Meskipun dalam keadaan tertentu insektisida masih kita perlukan, namun penggunaanya harus secara bijaksana agar dapat menyelamatkan dan melestarikan kehidupan alami yang sangat peka tersebut. 

Musuh alami yang ada di pesawahan terdiri dari Predator (pemangsa), Parasit dan patogen. Namun pada postingan kali ini saya akan sedikit membahas tentang predator.

PREDATOR merupakan golongan makhluk hidup yang paling penting sebagai pengendali kehidupan organisme pada tanaman padi, tiap predator akan memakan banyak mangsa sepanjang hidupnya. Predator mempunyai bentuk yang sangat mudah dilihat kendatipun kerap kali ada beberapa yang masih sulit dibedakan dengan hama yang banyak terdapat disekitar tanaman padi. Beberapa jenis predator seperti laba-laba, kumbang kubah dan kumbang tanah, mencari mangsa seperti wereng daun, wereng batang, ngengat dan larva penggerek batang serta ulat pemakan daun di pertanaman padi.
Laba-laba lebih menyenangi mangsa yang bergerak meskipun beberapa diantaranya dapat menyerang kelompok telur. Banyak jenis laba-laba berburu mangsa hanya pada malam hari, sementara jenis yang lain membuat jala perangkap kemudian dikumpulkan dalam jala tersebut sepanjang siang dan malam hari.

Banyak jenis kumbang diantaranya belalang predator dan jengkerik ternyata lebih menyukai mangsa berupa telur serangga. Seekor laba-laba pemburu dewasa dapat menyerang 5-15 wereng batang padi coklat tiap hari.

Predator-predator tersebut perlu dijaga keberadaanya, antara lain dengan cara mengurangi penggunaan insektisida yang memiliki daya racun luas. Penggunaan insektisida sebaiknya dipilih jenis yang meracuni hama tanpa meracuni predator. 

Berikut beberapa gambar predator:
Kumbang Kubah

Kumbang Kubah
Larva kumbang ini lebih rakus memakan 5-10 mangsa (telur, nimpa, larfa, dewasa) wereng batang padi daripada yanng dewasa.
Kumbang Tanah

Kumbang Tanah
kumbang dewasa memangsa wereng batang.
Jangkrik

Jangkerik
Jengkerik dewasa dan nimfa merupakan predator telur tetapi juga memakan larfa kecil dan wereng, juga memangsa telur penggerek batang bergaris, penggerek batang kepala gelap, pengggulung daun, ulat gerayak, lalat daun, nimfa werwng batang dan wereng daun.

Belalang

Belalang
Belalang disamping memakan daun padi juga memakan telur kepinding padi atau walang sangit dan telur penggerek batang serta nimfa wereng batang dan wereng daun. Satu predator dapat memangsa 3-4 kelompok telur penggerek batang padi kuning dalam satu harinya.

Laba-Laba

Laba-Laba mata tajam
Satu laba-laba dapat membunuh 2-3 ngengat tiap harinya, sehingga mereka dapat mencegah meningkatnya populasi generasi baru serangga hama.

Laba-Laba Loncat

Laba-laba loncat
Laba-laba ini memangsa wereng daun dan serangga lainnya.

Tabuan


Tabuan
Pemangsa kelompok telur wereng batang dan wereng daun, setiap larva memangsa 4-8 telur tiap harinya. 

Pengendalian Hama Wereng Hijau Dengan Musuh Alaminya
Wereng hijau (Nepotettix viriescens) merupakan salah satu hama penting  pada  tanaman padi karena menularkan virus tungro yang dapat menurunkan hasil hingga puso.  Penyakit tungro menyebabkan jumlah anakan berkurang dan kehampaan gabah yang tinggi.  

 Usaha pengendalian yang banyak dilakukan adalah penggunaan insektisida.  Namun, penggunaan  insektisida dapat menimbulkan dampak negatif, bagi kesehatan manusia dan lingkungan sehingga secara tidak langsung bisa menurunkan daya saing padi.  Dengan demikian diperlukan strategi pengendalian lain yang lebih ramah lingkungan seperti penggunaan musuh alami.  Musuh alami yang biasa digunakan adalah predator, parasitoid dan patogen karena dapat mencegah meningkatnya populasi wereng hijau dan bermanfaat untuk pertanian berkelanjutan yang secara ekologis maupun ekonomi menguntungkan.

Musuh Alami adalah organisme yang menjadi faktor penghambat berkembangnya hama dan pennyakit pada tanaman.  Pemanfaatan musuh alami (agens hayati) dalam menekan kehilangan dan kerugian hasil akibat organisme pengganggu tanaman (OPT) merupakan salah satu aspek penting yang sangat berpeluang untuk menjawab tuntutan masyarakat akan produk tanaman yang berkualitas, sehat, dan aman dikonsumsi.  Produk semacam ini memiliki nilai tambah dan daya saing tinggi yang lambat laun akan menjadi buruan pasar dunia karena memberikan keuntungan lebih tinggi  dan manfaat kesehatan lebih besar.

Pemanfaatan musuh alami memiliki beberapa keuntungan yaitu : 
1) selektivitas tinggi dan tidak menimbulkan hama baru, 
2) organisme yang digunakan sudah tersedia di alam, 
3) organisme yang digunakan dapat mencari dan menemukan inangnya, 
4) dapat berkembang biak dan menyebar 
5) hama tidak menjad resisten atau jika terjadi sangat lambat, 
6) pengendalian dengan sendirinya 
Sumber : Van Emden 1976 dalam Lubis 2005.

Menurut Chiu 1739 dalam Laba 2001, Serangga wereng mempunyai 79 jenis musuh alami yaitu 37 predator,  34 parasitoid dan 8 patogen. 
  • Predator : organisme yang memangsa organisme lain. Contoh-contoh predator wereng hijau antara lain :
Musuh Alami Wereng Hijau
  • Parasitoid : serangga yang memarasit (hidup dan berkembang dengan menumpang) serangga lain (yang disebut inang). Parasitoid ada yang berkembang didalam tubuh inang (endoparasit), dan ada yang berkembang di luar tubuh inang (ektoparasitoid). Inang yang diparasit dapat berupa telur, larva, nimfa, pupa atau imago serangga hama (Korlina, E. 2011).  Beberapa spesies serangga parasit nimfa dan imago wereng hijau (N.virescens) antara lain Pseudogonatopus sp. (Hymenoptera: Drynidae) dan Pipunculid sp. (Diptera).   
  • Patogen : mikroorganisme yang menginfeksi organisme lain. Contoh agens hayati patogen yang telah diketahui dan dapat dimanfaatkan untuk mengendalikan wereng hijau (N.viresens) adalah jamur entomopatogen diantaranya Beauveria bassiana dan Metharizium anisopliae. Aplikasi jamur entomopatogen tersebut menekan keperidian dan kepadatan populasi wereng hijau tetapi tidak mempengaruhi kepadatan populasi musuh alami (Widiarta dan Kusdiman  2007).
Ada beberapa cara yang perlu dilakukan dalam upaya pengembangan musuh alami di lapangan yaitu :
  1. Introduksi : pengimporan satu atau lebih musuh alami dari tempat asalnya. Introduksi dilakukan bila hama disuatu daerah belum mempunyai musuh alami.
  2. Augmentasi : perbanyakan musuh alami dengan mengintroduksi musuh alami dari luar yang sebelumnya diperbanyak di laboratorium dan selanjutnya dilepas sewaktu-waktu atau secara teratur. 
  3. Konservasi : upaya untuk melestarikan musuh alami yang sudah ada di suatu tempat dan mengefektifkan fungsinya.   
Untuk melestarikan musuh alami seharusnya memperhatikan beberapa hal diantaranya : 1) Tempat perlindungan musuh alami. 2) memodifikasi sitem budidaya tanaman. 3) Penggunaan pestisida secara terbatas dan selektif.

Pangan khususnya beras semakin dituntut untuk aman bagi konsumen, oleh karena itu proses produksi yang ramah lingkungan dalam pengendalian penyakit tungro perlu dilakukan agar memiliki nilai tambah dan daya saing yang tinggi.  Salah satu faktor penting yang menentukan keberhasilan pengendalian penyakit tungro adalah penggunaan musuh alami yang didukung oleh pola tanam polikultur, pergiliran tanaman/varietas tahan serta penggunnaan pestisida secara bijaksana.

Referensi:
http://lolittungro.litbang.pertanian.go.id
adesolihin82.blogspot.com

loading...

FOLLOW and JOIN to Get Update!

1001 Cara dan Tips Updated at: 21:45
loading...