Cara Mencegah Penyakit Gumboro Yang Sangat Merugikan Peternak Unggas

Posted by Admin

loading...

Waspadai Kerugian Ekonomis yang Fatal Akibat IBD yang Menyerang Ayam Potong Anda


PENCEGAHAN PENYAKIT GUMBORO (INFECTIOUS BURSAL DISEASE) PADA PETERNAKAN AYAM BROILER

Pada umumnya ternak ayam yang terdapat di Indonesia pada saat ini sebagian besar ayam ras petelur dan ayam broiler yang merupakan salah satu pemasok kebutuhan daging di Indonesia dan dunia pada umumnya karna mudah diperoleh dan terjangkau oleh kemampuan masyarakat dari segi pendapatan. Akibat dari perkembangan usaha peternakan ayam dalam jumlah besar bahkan ribuan yang system pemeliharaannya sudah memacu ke sistem pemeliharaan secara intensif yang lebih menguntungkan bagi masyarakat. Karena terlalu banyak perusahaan-perusahaan peternakan ayam yang memungkinkan timbulnya berbagai penyakit baik itu yang disebabkan oleh parasit, bakteri, protozoa, virus dan gangguan-gangguan lain. Sesuai dengan prinsip pengendalian penyakit dimana pencegahan itu lebihpenting dan menguntungkan daripada pengobatan sebab pengobatan suatu individual adalah tidak ekonomis dan tidak praktis.

PENGERTIAN PENYAKIT GUMBORO (INFECTIOUS BURSAL DISEASE)

Gumboro adalah penyakit yang menyerang bursa fabricii (kelenjar bulat terletak di atas kloaka), Gumboro Penyakit Gumboro (Infectious Bursal Disease/IBD) yang ditemukan pertama kali di Delaware USA sekitar tahun 1950-an, sampai saat ini masih kerap muncul di lapangan. Sudah berbagai macam vaksin dicoba namun kejadian masih tetap dijumpai. Terutama pada masa peralihan musim seperti sekarang ini, kasus lebih sering banyak muncul. Kondisi lingkungan dan cuaca yang cepat berubah meningkatkan cekaman pada anak ayam.

penyebabnya adalah virus gumbaro yang tergolong sebagai reovirus yang lebih banyak berlokasi di bursa fabricii.Anak ayam umur 1-12 hari yang terkena penyakit ini tidak begitu nampak tanda-tandanya. Tapi anak ayam umur 3-6 minggu akan menunjukkan gejala yang khas. Anak ayam tampak lesu, mengantuk, bulu mengkerut,bulu sekitar dubur kotor, mencret keputih-putihan, dan duduk dengan sikapmembungkuk. Suka mematuki duburnya sendiri, sehingga menimbulkan luka . Ayam yang mati bangkainya cepat sekali membusuk.

Gumboro (infectius bursal disease) merupakan penyakit baru di Indonesia akan tetapi akhir-akhir ini mulai dikenal di Indonesia. Penyakit ini di Indonesia pertama kali didiagnisa oleh Dr.masduki partadiredja di bogor. Dilaporkan penyakit gumoro ini telah menyerang peternakan di kabupaten bogor yang mempunyai 2000 ekor anak ayam jantan umur 4 minggu.

Virus gumbaro ini menyerupai virus infectious bronchitis (I.B)akan tetapi tidak ada hubungannya dengan I.B,juga tidak ada kekebalan silang antara I.B dengan penyakit gumboro.masa tunas penyakit ini antara 18-36 jam, dan kematin terjadi pada hari ke-3 sampai hari ke-5.

Untuk dapat mendiagnosa penyakit ini kita harus mengetahui apa dan dimana bursa fabricii ini.

Bursa fabricii adalah kelenjar yang berbentuk bulat, terletak diatas cloaca (proctodium).

Sejak ayam menetas, Bursa fabricii ini sudah terbentuk dan semakin lama bursa ini semakin membesar, dan besarnya akan mencapai maximum pada umur tertentu.

Dalam keadaan normal Bursa fabricii akan mulai mengecil dan selanjutnya mulai menghilang pada umur 12-16 minggu.bursa ini akan menghilang sama sekali setelah ayam tadi dewasa kelamin. Sebab ayam sewasa sudah tidak lagi membutuhkan burs, karena fungsi bursa dalam membentuk zat antibody telah dapat diambil alih oleh system kekebalan lain yang telah berkembang sengan sempurna.

2Gejala-gejala klinis

Penyakit gumboro adalah penyakit yang akut, sangat menular dan hanya menyerang anak-anak ayam umur 1 sampai 3 bulan, yAkni selama Bursa fabricii tadi masih belum hilang dari rubuh ayam.

Penyakit ini sebagai wabah yang dapat timbul tiba-tiba. Keganasan penyakit ini tergantung pada virulensi virusnya dan umur ayam yang terkena infeksi penyakit akan tampak hebat bila wabah ini menyerang anak-anak ayam berumur 3-6 minggu.

Berdasarkan umur anak ayam yang terkena infeksi, maka penyakit ini dapat dibagi menjadi 2 bentuk:

1.gumoro pada anak ayam umur 1-12 hari

bentuk ini sangat berbahaya, sebab tidak memperlihatkan tanda-tanda penyakityang nyata (subklinis), sehingga anak-anak ayam tadi masih terdapat maternal antibody (zat antibody yang didapat dari induknya), maka infeksi dari virus gumoro tidak akan menimbulkan gejala-gejala sakit.

2.gumoro pada anak ayam 3-6 minggu

ini disebut klasik dengan gejala-gejala klinis yang khas, antara lain :
a.lesu, ngantuk
b.bulu-bulunya mengkerut, bulu sekitar duburnya kotor.
c.Mencret berlendir keputih-putihan dan fecesnya bau.
d.Ayam duduk dengan cara membungkuk
e.Tubuh ayam akan menjadi kering karena kehilangan cairan tubuhnya.
f.Mudah terkejut.
g.Tampak ada iritasi (rangsangan ) pada duburnya dan ayam terus menerus mematuki duburnya sendiri.( gejala khas Gumboro).
h.Bila tidur paruhnya diletakkan di lantai
i.Angka kesakitan mencapai 100%(|dalam kandang semua ayam sakit) angka kematian bervariasi 0-30%.
j.Ayam-ayam yang tidak mati, pertumbuhannya akan terganggu dan selanjutnya mudah terkena infeksi sekunder.
k. Ayam-ayam yang mati karena gumboro bangkainya cepat membusuk.

Pemeriksaan patologi-anatomik akan memperlihatkan perubahan-perubahan sebagai berikut:

a. Bursa fabricii membesar 2-3 kali normal, oedema ( membusung ) pendarahan, berlendir dan ada yang mengiju.

b.Ada pendarahan pada urat daging, terutama dipaha sebelah lateral (sisi luar ) dan medial ( sisi dalam 0 sayap otot dada dan selaput lender berbatasan proventriculus dan gizzard ( empedal )

c.Terlihat pembesaran hati dan limpa

d.Nephrosis ( terjadi kerusakan epiteel gijal, terutama tubuli.

PENYEBARAN

penularan penyakit gumboro dari satu ayam ke ayam lain sangat cepat dalam waktu singkat ( 18-36 jam ) seluruh ayam dalam kandang dapat ketularan.

Kematian terjadi pada hari ke-3 sampai ke-5.

Penybaran benih-benih penyakit melalui makanan,air minum, alat-alat dan tempat-tempat yang tercemar oleh faeces dan makanan yang dimuntahkan.

Virus penyakit gumboro stabil dan resisten, dapat dipindahkan satu tempat ketempat yang lain oleh orang, alat-alat peternakan yang tercemar. Sebuah peternakan yang pernah terjangkit Virus gumboro, maka Virus ini akan tetap infektip dan berdiam dalam peternakan tersebut untuk waktu yang lama. Menurut penelitian virus gumboro dapat hidup sampai 122 hari.

Tidak ada carrier ( hewan yang sembuh dan mwngandung virus yang dapa6t ditularkan ). Penyakit ini tidak dapat dipindahkan melalui telur yang ditetaskan dan diduga juga tidak dapat disebakan melalui udara.

PENGOBATAN

Oleh karena penyakit gumboro disebabkan oleh virus, maka tidak ada obat-obat yang khusus untuk penyakit ini. Antibiotika, sulfonamide dan Nitrofuran tidak mempunyai efek atau bahkan sama sekali tidak berdaya terhadap penyakit ini.

Dapat dicoba pengobatan vitamin-elektrolit yang rupa-rupanya sedikit menolong ayam-ayam yang sakit.Wabah penyakit ini akan berlangsung selama 4-7 hari, dan jika dalam ginjal sudah terdapat banyak asam urat dan ada nephritis dan nephrosis, perlu diberikan air minum yang dicampur dengan molase sebanyak kurang lebih 10%(kira-kira 1 mangkuk molase tiap-tiap 5 galon air), biasanya dapat menolong dari kematian.

Kadar antibiotik yang tinggi pada ransum adalah kotraindikasi (tidak diperbolehkan), sebab akan mengikat calcium, sehingga malah akan berakibat timbulnya poenyakit rachitis (tulang ).

Disinfeksi terus-menerus, alat-alat maupun bangunan-bangunan terhadap pencemaran virus gumboro sangat diperlukan, sampai ayam-ayam yang sakit sembuh semua.

PENCEGAHAN

Tata laksana yang baik, kebersihan dan pencegahan alat-alat terhadap pencemaran virus gumboro sangat penting untuk mencegah dan mengurangi kejadian penyakit ini.

Cara yang mudah untuk mencegah penyakit gumoro adalah dengan vaksinasi. Vaksin gumboro (infekctious bursal disease / agent ) ada 2 macam, yakni vaksin yang mempunyai virulensi besar untuk ayam dara , induk dan vaksin avirulent (tidak virulen ) untuk anak ayam.

Ada 2 sasaran dalam usaha pengebalan ayam-ayam :

1.vaksinasi pada anak ayam untuk mencegah terjangkitnuya penyakit gumboro.
2.vaksinasi pada ayam dara atau dewasa pada perusahaan pembibitan, supaya menghasilkan anak-anak ayam dengan kekebalan yang diperoleh dari induknya.
3.jadi meskipun tidak dianjurkan oleh pihak-pihak yang berkepentingan (dinas peternakan ) untuk menjaga mutu dan melindungipeternak, bila sudah ada wabah penyakit gumboro ini, hendaknya para breeder secara kontinyu memvaksin semua ayam dara dengan vaksin gumoro (I.B.D ) pada umur 10-15 minggu.

Vaksin gumboro dapat diberikan dalam air minum dan disuntikkan dibawah kulit. (subkutan ):

pada ayam yang tidak mempunyai kekebalan induk (peka terhadap penyakit gumoro ), diberikan vaksin avirulent yang dapat dikombinasikan dengan vaksin marek.

Vaksinasi diberikan pada umur 1 hari.

Hasil dari vaksinasi bervaruiasi, umumnya dibutuhkan 3-6 hari untuk memperoleh kekebalan.

STRATEGI PENGENDALIAN GUMORO

Untuk menghindari kerugian akibat kematian yang tinggi, pertumbuhan yang tidak optimal ataupun efek imunosupresif akibat kasus Gumboro, maka pencegahan kasus ini harus menjadi prioritas utama.

Oleh sebab itu, meminimalisir dan mengeliminasi faktor pencetus munculnya penyakit ini di lapangan merupakan hal yang sangat penting. Hal ini sebenarnya bukan semata-mata menjadi tanggungjawab peternak di tingkat komersial (pedaging ataupun pullet), namun pembibit dan feedmil seharusnya juga mempunyai andil yang tidak kalah penting. Munculnya kasus Gumboro dipicu oleh beberapa hal yang saling berkaitan diantaranya yaitu, kualitas DOC, kualitas pakan, manajemen pemeliharaan, program kesehatan dan vaksinasi, dan biosekuriti.

a. Kualitas DOC

Peternak komersial tidak mempunyai kendali pada kualitas DOC yang dibelinya. Mereka hanya bisa memilih mana yang dianggap baik ataupun tidak, berdasarkan pengalaman sendiri dan referensi dari peternak lain. Kalau kebetulan pembibit yang sudah diyakininya mempunyai konsistensi dan komitmen tinggi dalam menjaga mutu produknya beruntunglah peternak, karena salah satu beban untuk eliminasi kasus Gumboro sudah berkurang.

DOC yang berkualitas baik merupakan hasil dari suatu proses panjang di tingkat pembibit. Ditentukan dari saat masih berupa telur di dalam tubuh induk, proses koleksi telur tetas, penetasan hingga sampai di tangan peternak komersial. Ayam pembibit yang sehat dengan pakan yang mengandung nutrisi seimbang dan bebas dari mikotoksin, mempunyai program vaksinasi yang ketat, lingkungan kandang yang bersih, serta proses koleksi, penyortiran telur yang akan masuk ke hatchery secara ketat akan menghasilkan DOC yang berkualitas. Dan dibarengi dengan manajemen transportasi yang baik dari hatchery hinggá sampai ke tangan peternak akan menjamin kualitas DOC tersebut.

Maternal antibodi yang tinggi didapat dari induk yang sehat dan divaksin secara teratur dan berkesinambungan. Vaksinasi IBD pada induk biasanya dilakukan sebelum masa produksi dan diulang lagi pada umur 40-45 minggu, dimana pada saat ini biasanya titer antibodi induk sudah menurun. Vaksinasi ulangan ini dilakukan untuk menjaga agar antibodi yang diturunkan ke anak ayam tetap tinggi. Maternal antibodi yang tinggi akan melindungi anak ayam dari infeksi agen penyakit pada minggu pertama kehidupannya (2-3 minggu pertama).

Untuk mendapatkan DOC yang sehat seperti di atas didapat dari telur tetas yang beratnya sudah memenuhi syarat untuk ditetaskan dan berasal dari induk yang tidak terlalu tua ataupun muda, telur tetas bersih, utuh tidak retak ataupun cacat dengan lingkungan kandang yang bersih dan proses penetasan yang baik dan benar. Jika lingkungan kotor dan telur yang ditetaskan pun demikian dikuatirkan embrio juga akan tercemar bakteri seperti E.coli, Pseudomonas, Staphylococcus, dll yang bisa menyebabkan peradangan pada kantong kuning telur (omfalitis).

Kondisi ini akan menyebabkan gangguan proses penyerapan kuning telur yang notabene merupakan sumber makanan di awal kehidupan ayam dan juga maternal antibodi yang diturunkan dari induknya. Atau bisa juga telur tercemar spora jamur Aspergillus, sp, sehingga anak ayam bisa terkena Aspergillosis sejak masih embrio.

Transportasi DOC dari hatchery ke farm juga akan mempengaruhi pertumbuhan DOC tersebut. Kondisi mobil pengangkut harus memenuhi stándar yang ditetapkan. Temperatur dan ventilasi ruangan harus diperhatikan agar anak ayam tidak mendapat stress yang berlebihan dam kecukupan oksigennya terpenuhi.

b. kualitas pakan

Pakan merupakan komponen pokok yang mengambil porsi terbesar dari biaya produksi suatu usaha peternakan. Kualitasnya pakan ditentukan oleh kualitas bahan baku yang menyusunnya. Dalam manajemen pakan hal yang harus diwaspadai adalah keseimbangan nutrisi dan kadar mikotoksin yang mencemarinya. Kandungan protein tercerna yang sesuai dengan kebutuhan ayam dengan komposisi asam amino yang seimbang, demikian juga dengan kadar lemak, energi, serat kasar dan mineral yang imbang sangat penting untuk pertumbuhan ayam.

Kadar mikotoksin dalam pakan harus diperhatikan, karena akan berpengaruh pada sistem imunitas dan pertumbuhan tubuh ayam. Pada saat musim hujan kita perlu waspada dengan mikotoksin ini. Di musim kemaraupun kadang kadar mikotoksin juga masih tinggi. Tingginya kadar mikotoksin berkaitan dengan proses pemanenan, pengeringan dan penyimpanan bahan baku, terutama yang berasal dari biji-bijian. Untuk meminimalisir jumlah mikotoksin perlu pencegahan tumbuhnya jamur dan pembentukan metabolitnya.

Salah satu caranya dengan pengeringan hinggá mencapai kadar air yang rendah, penyimpanan pada ruangan yang kering, penambahan antijamur (asam organik), dan mikotoksin binder (zeolit, bentonit, dll.). Proses penyimpanan dan pengangkutan bahan baku atau pakan jadi jika tidak memenuhi stándar juga akan mempengaruhi kualitas pakan. Indonesia merupakan negeri tropis dengan curah hujan tinggi, sehingga sangat cocok untuk pertumbuhan jamur. Temperatur dan kelembaban gudang penyimpan tidak boleh terlalu tinggi, yang ideal disarankan pada suhu tidak lebih dari 240 C dan kelembaban < 17 %. Selain itu pemeriksaan sampel bahan baku dan pakan jadi harus dilakukan secara teratur untuk melihat komposisi nutrisi (analisa proksimat) maupun cemaran mikotoksin.

c. Manajemen pemeliharaan

Manajemen pemeliharaan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan suatu usaha produksi peternakan. Untuk mendapatkan hasil yang baik, yang paling utama adalah menciptakan kondisi dan tempat yang nyaman untuk hidup ayam. Jika ayam hidup di kandang yang nyaman, terjaga dari stres lingkungan, kebutuhan oksigen terpenuhi, cemaran gas amonia minimal, tersedia pakan yang berkualitas dan air minum yang bersih sepanjang hari, dan juga dengan pelaksanaan program vaksinasi terhadap berbagai agen infeksius yang tepat diharapkan ayam terhindar dari berbagai stres baik dari lingkungan makro ataupun agen penyakit yang ada. Dengan begitu ayam bisa tumbuh, berkembang dan berproduksi dengan optimal.

Proses pemeliharaan yang baik dan benar harus dilakukan sejak kedatangan anak ayam, masa brooding dan kehidupan selanjutnya. Masa brooding merupakan waktu yang cukup krusial bagi pertumbuhan dan perkembangan ayam, sehingga harus dilakukan dengan benar. Populasi dalam satu lingkaran brooder harus diperhatikan, 1 pemanas maksimal untuk 1000 ekor DOC. Jika populasi terlalu padat tingkat stress dan daya kompetisi ayam semakin tinggi dan kecukupan oksigen pun akan berkurang. Untuk mempertahankan suhu badan anak ayam kehangatan ruangan sangat penting karena ayam tidak dierami oleh induknya dan dan pusat pengatur suhu tubuh ayam belum berkembang sempurna. Selain itu buka tutup tirai harus diatur sedemikian rupa sehingga kesegaran udara dan kecukupan oksigen terpenuhi, selain itu juga untuk menghindari paparan angin yang terlalu dini.

Pada minggu pertama merupakan masa pertumbuhan ayam yang paling cepat. Berat badan ayam bisa mencapai 2 kali lipat dari saat menetasnya. Bisa dikatakan saat ini merupakan golden age ayam. Pada masa ini terjadi pembelahan sel cukup tinggi, sehingga kecukupan oksigen dan nutrisi sangat penting. Saat ini juga terjadi penyerapan kuning telur yang di dalamnya terdapat antibodi dari induk. Pemberian pakan sesegera mungkin setelah anak ayam datang akan mempercepat dan mengoptimalkan penyerapan kuning telur. Jika pada masa brooding kehidupan ayam terjaga dengan baik, diharapkan penyerapan antibodi induk terhadap IBD yang ada dalam kuning telur bisa sempurna. Sehingga ayam bisa mengatasi infeksi IBD dini yang bersifat subklinis. Selain itu juga meminimalkan faktor pencetus stres pada ayam seperti menjaga kecukupan pakan, minum, kecukupan sirkulasi udara, pencahayaan dan ketenangan lingkungan.

d. Program Kesehatan

Kasus Gumboro bisa terjadi jika kekebalan ayam tidak bisa mengatasi serbuan virus lapangan yang masuk ke tubuh ayam dan virus lapangan lebih cepat sampai di bursa dibanding virus vaksin yang diberikan. Hal ini bisa terjadi karena kondisi ayam yang tidak optimal karena stres (manajemen, lingkungan), titer antibodi induk yang rendah, jumlah virus lapangan yang terlalu banyak, strain virus vaksin yang dipakai tidak cocok dengan virus yang ada di lapangan, dan waktu pemberian vaksin yang tidak tepat.

Meminimalisir faktor pencetus stres bagi ayam sangat penting terutama pada awal kehidupan ayam. Jika ayam menderita cekaman baik karena faktor internal ataupun eksternal bisa mengakibatkan daya tahan tubuh ayam menurun. Sehingga agen-agen patogen bisa mudah menginvasi tubuh ayam. Jumlah virus di lapangan yang tinggi akan meningkatkan resiko terkena Gumboro. Antibodi induk ayam hanya bisa melindungi sampai umur sekitar 2-3 minggu, dan daya netralitasnya pun terbatas, jika agen infeksi yang harus dinetralkan terlalu banyak, jumlah antibodi tidak bisa mencukupi sehingga ayam akan kalah juga.

Untuk mengurangi kerja ayam dalam menetralkan antigen, meminimalkan jumlah virus di lapangan sangatlah penting. Ini dilakukan dengan persiapan kandang yang benar-benar baik sebelum kedatangan ayam. Sebelum dipakai kandang harus dicuci kering dan basah sampai bersih, kemudian dilakukan desinfeksi berulang. Lantai kandang juga harus diperlakukan khusus, setelah dicuci bersih diberi larutan soda api kemudian dicuci ulang. Setelah itu diberi larutan kapur hidup. Penyemprotan insektisida ke lantai, langit-langit, tiang, dinding dan sekitar kandang perlu dilakukan untuk membunuh serangga seperti semut, kumbang franky (Altophobius, sp) dll yang bisa menjadi reservoir virus IBD. Penyemprotan kandang secara rutin setelah ayam masuk kandang dengan larutan desinfektan (seperti golongan iodin) akan sangat membantu meminimalisir jumlah virus.

Pemberian antibiotika berspektrum luas selama 3-5 hari pertama kehidupan anak ayam akan membantu mengeliminasi bakteri yang ada pada anak ayam, diharapkan akan mengurangi kasus radang omfalitis sehingga penyerapan kuning telur bis optimal. Selain itu dengan memperkuat kondisi tubuh anak ayam dengan pemberian multivitamin secara rutin akan membantu mengurangi pengaruh cekaman pada anak ayam .

Pencegahan koksidiosis dengan vaksinasi ataupun pemberian koksidiostat diharapkan bisa meminimalisir kejadian koksidiosis pada ayam dan diharapkan secara tidak langsung akan mengurangi kejadian Gumboro ataupun menurunkan tingkat keparahan koksidiosis. Jika ayam terkena koksidiosis pada minggu-minggu awal biasanya resiko terkena Gumboro lebih besar dan parah.

e. Biosekuriti

Biosekuriti merupakan suatu usaha pengamanan biologik yang bertujuan untuk mencegah masuknya agen-agen patologik ke tubuh ayam. Tidak hanya meliputi proses desinfeksi kandang dan lingkungan, namun merupakan suatu usaha yang terpadu dan berkesinambungan dari tingkat konseptual, struktural dan operasional. Meliputi tata letak, lokasi farm dan kandang, bangunan kandang, pemagaran serta bangunan pendukung seperti kantor, mess karyawan, gudang pakan atau telur, ruang ganti baju, car dip. Juga pola replacement yang all in all out.

Lokasi farm yang tidak berdekatan dengan farm tetangga, hanya terdapat satu macam spesies unggas saja di lokasi, adanya pagar sekeliling farm yang memisahkan farm dengan lingkungan sekitar, dan pola pemeliharaan all in all out, akan mengurangi resiko munculnya kasus penyakit infeksius.

f. Ketepatan pemilihan vaksin

Pemilihan vaksin yang cocok dengan virus di lapangan sangat penting. Pada saat ini ada banyak macam jenis vaksin yang dijual di pasaran. Dari yang bersifat mild sampai yang intermediate plus. Vaksin yang tergolong mild virusnya bisa menembus titer antibodi induk pada angka 125. Intermediate pada titer 250, sedangkan yang intermediate plus bisa menembus titer di angka 500-800. Berdasarkan grup molekulernya virus gumboro digolongan dalam 6 macam virus. Di Indonesia kebanyakan dari jenis group molekuler 3, 4 dan 5. Kita harus jeli dan pintar dalam memilih produk yang demikian banyaknya di pasar. Vaksin yang mahal tidak selalu menjamin bebas dari kebocoran vaksinasi. Kecocokan strain virus dengan lingkungan setempat harus diutamakan. Jika suatu jenis vaksin sudah cocok di farm kita lebih baik jangan diubah. Virus vaksin yang terlalu keras sebaiknya hindari diberikan terlalu dini, karena bisa merusak sel-sel limfoid di bursa.

g. Ketepatan Waktu Vaksinasi

Hal yang tak kalah penting untuk meminimalisir kebocoran vaksinasi adalah penentuan waktu yang tepat kapan sebaiknya vaksinasi dilakukan. Untuk dapat menentukan waktu vaksinasi yang tepat, pengukuran maternal antibodi (MAb) terhadap IBD mutlak harus dilakukan. Karena pembibit tidak pernah memberitahukan titer antibodi dari induknya. Pemeriksaan biasanya dilakukan dengan teknik ELISA. Dengan mengetahui status MAb nya kita dapat melihat tingkat keseragaman titer dan menghitung kecepatan penurunannya, sehingga dapat diperkirakan waktu yang tepat untuk vaksinasi. Vaksinasi yang dilakukan pada saat titer MAb masih tinggi tidak akan efektif, virus vaksin justru akan dinetralisir oleh antibodi sehingga virus tidak akan bisa multiplikasi dan pada akhirnya tidak akan muncul respon vaksinasi yang diharapkan. Dan bisa jadi jika ada virus lapangan yang bisa menembus kekebalan ayam, kejadian Gumboro akan muncul.

Kendala dalam penentuan waktu vaksinasi ini adalah ketidakseragaman MAb dari masing-masing individu. Hal ini terjadi karena DOC berasal dari individu induk yang berbeda-beda baik yang seumur atau bahkan berlainan umur. Oleh karena itu pada saat DOC masuk kita harus mencatat no batch yang biasa ada pada masing-masing box. Ayam yang berlainan no batch biasanya berbeda data induk dari telur tetasnya. Dan untuk masing-masing no batch yang berbeda kita mengambil sample darahnya. Jumlah DOC yang kita ambil untuk sampel minimal 20 ekor. Dan satu hal yang harus kita perhatikan DOC yang kita ambil darahnya haruslah yang sehat bukan DOC yang performansnya jelek, agar titer yang didapat merupakan gambaran titer MAb sebagian besar ayam . Kalau kita ambil DOC yang jelek, bisa jadi gambaran titer yang kita dapat juga kurang bagus, dan itu bukan pencerminan dari kelompok ayam tersebut.

Untuk penghitungan prediksi waktu vaksinasi biasanya digunakan rumus van Deventer. Rumus ini dapat dipakai baik untuk ayam pedaging, petelur maupun pembibit. Hal yang harus diketahui adalah waktu paruh MAb IBD berbeda untuk setiap tipe ayam, untuk ayam pedaging 3-3,5 hari, ayam petelur 5-5,5 hari, pembibit 4,5 hari. Selain itu kita juga harus tahu jenis vaksin IBD yang akan digunakan, apakah mild, intermediate ataupun intermediate plus, karena ini untuk mengetahui break through titer (angka titer di mana virus vaksin bisa menembus MAb ayam) dari virus vaksin. Jika menggunakan vaksin yang mild break through titer nya sekitar 125, intermediate plus sekitar 500 dan yang hot di titer 1000.

Cara penghitungan prediksi waktu vaksinasi :
Hari vaksinasi = T1/2 x ( Log2 titer – Log2 target titer)) + umur saat sampling + angka koreksi

T1/2 : waktu paruh MAb (broiler : 3 hari, layer: 5, breeder: 4,5 hari)

Titer: titer MAb (jika CV bagus vaksinasi bisa sekali untuk perlindungan 75 %, namun jika CV jelek vaksin 2 kali untuk perlindungan di 20 %dan 70 % atau 40 dan 90 %)

Titer target: titer MAb di mana virus vaksin bisa menembusnya ( mild: 125, intermediate plus: 500, hot: 1000) tergantung pada spesifikasi masing-masing produk vaksin

Umur sampling: Umur pada saat pengambilan darah

Angka koreksi: tambahan hari jika sampling dilakukan pada umur ayam 0-4 hari (diasumsikan pada 4 hari pertama kehidupan ayam belum terjadi penurunan MAb karena masih adanya penyerapan kuning telur, jika sampling umur 1 hari koreksinya 3, umur 2 hari koreksinya 2, 3 hari koreksinya 1 dan umur 4 hari koreksinya 0).

Kasus Gumboro tidak bisa kita anggap enteng dan sepele, baik berat ataupun ringan akan merugikan farm kita, namun kebocoran vaksinasi tersebut masih bisa kita minimalisir. Tentunya dengan eliminasi faktor-faktor pencetus, sikap disiplin dan konsistensi dalam penerapan manajemen pemeliharaan seperti persiapan kandang yang baik, pemilihan DOC yang berkualitas, menjalankan manajemen pemeliharaan yang sesuai stándar, penerapan biosekuriti yang konsisten, pemilihan jenis vaksin dan waktu vaksinasi yang tepat diharapkan bisa menekan bahkan menghilangkan kasus IBD di farm kita, sehingga kerugian ekonomis akibat IBD bisa kita hindari.

loading...

FOLLOW and JOIN to Get Update!

1001 Cara dan Tips Updated at: 15:56
loading...