loading...
Mengenal Jenis-jenis Cacing Yang Menyerang Sapi, Gejala Cacingan dan Macam-macam Obat Alami Untuk Membrantas Cacingan Pada Ternak
Gejala cacingan tergantung dari jenis cacing yang menyerang ternak. Pada umumnya, ternak menunjukkan gejala kurus, bulu kusam dan berdiri, diare atau bahkan sembelit, nafsu makan ternak berkurang, telinga sapi tampak terkulai, dan bagian anus ternak terlihat kotor akibat diare bahkan tidak jarang pada kasus yang parah, dapat ditemukan cacing pada feses ternak. Namun, pada kasus cacingan yang masih awal gejala sulit diamati .Faktor yang memicu penyakit cacingan
Penyakit cacingan umumnya disebabkan oleh kesalahan dalam pola pemberian pakan, faktor-faktor lingkungan seperti suhu, kelembapan dan curah hujan. Kebersihan kandang yang tak terjaga juga menjadi pemicu terjadinya penyakit ini. (Larasati et al, 2017). Pedet cenderung lebih mudah terkena cacingan meskipun penyakit cacingan dapat menyerang semua umur. Metode pemeliharaan secara tradisional cenderung lebih beresiko terserang penyakit cacingan dibandingkan dengan pemeliharaan yang lebih modern (Anonim, 2013)
Sistem pemeliharaan yang masih bersifat tradisional yakni dengan membiarkan ternaknya mencari pakan sendiri akan memudahkan ternak terinfestasi cacing dibandingkan sapi yang dipelihara secara modern. Jenis cacing yang banyak menginfeksi sapi secara berurutan yaitu cacing gilig, cacing daun dan cacing pita.
Cacing gilig paling banyak ditemui kasusnya karena sesuai kondisi cuaca Indonesia yang beriklim tropis dengan kelembapan tinggi yang sangat kondusif untuk cacing gilig berkembang. Toxocara vitulorum merupakan cacing gilig yang banyak dijumpai pada anak sapi. Penyakit ini menyebabkan produktivitas sapi menurun bahkan hingga menyebabkan kematian. Cacing ini menular secara vertikal atau ditularkan dari induk ke anak melalui larva yang ada di uterus masuk ke tubuh fetus dan ditularkan secara horisontal yaitu dari sapi sakit ke sapi sehat melalui pakan, air minum, maupun kolostrum yang terkontaminasi larva cacing. Pada infeksi yang parah, sapi dapat muncul gejala diare, hilang nafsu makan, kurus, gejala penapasan akibat radang paru-paru.
Jenis cacing yang banyak ditemui berikutnya adalah cacing daun. Dengan kasus yang banyak merugikan peternak adalah cacing hati yang sering disebut Fasciolasis. Penyakit ini disebabkan F. hepatica di daerah beriklim sedang dan F. gigantica di daerah yang beriklim tropis basah seperti Indonesia. Cacing hati dapat menyebabkan kerugian ekonomi yang sangat besar, sehingga disebut sebagai penyakit ekonomi. Fascioliasis secara ekonomi merugikan para peternak karena menurunkan harga jual sapi, tingkat produktivitas, bobot sapih pedet, dan laju pertumbuhan. Fasciolasis juga akan memacu peningkatan ternak untuk di culling. Fasciola sp memerlukan inang perantara siput dari famili Lymnaeidae untuk perkembangan siklus hidupnya. Kemudian menular ke sapi sehat melalui rumput yang tercemar larva (metaserkaria) cacing. Pada kasus yang sudah berlangsung lama, sapi dapat terjadi gangguan pencernaan berupa kesulitan mengeluarkan feses, atau pada kasus yang berat dapat terjadi diare. Sapi akan menunjukkan gejala lemas, dan pertumbuhan terhambat.
Jenis cacing pita yang paling banyak ditemukan pada sapi yaitu Taenia saginata. Telur cacing yang termakan bersama rumput akan berkembang menjadi fase larva pada tubuh sapi. Larva cacing tersebut berada dalam usus sapi selanjutnya bersama aliran darah menuju ke otot yang disebut dengan Cysticercus bovis. Larva yang termakan dari daging sapi mentah atau yang dimasak kurang matang dapat berkembang menjadi cacing dewasa dalam usus halus manusia. Pada kasus yang ringan gejala tidak terlihat jelas sedangkan pada kasus yang berat terdapat benjolan di bawah jaringan kulit atau otot.
Bagaimana Mengetahui Ternak Cacingan
Untuk mengetahui ternak terkena cacingan atau tidak, dapat dilakukan beberapa pengamatan seperti berikut :
Gejala klinis Cacingan pada awal serangan memang jarang menunjukkan gejala atau perubahan pada ternak. Perubahan hanya bisa dilihat pada kasus yang sudah parah.
Uji laboratorium Dapat dilakukan pada kasus ringan maupun parah dengan melihat keberadaan telur cacing pada feses. Uji laboratorium dirasa paling efektif karena dapat mengetahui keberadaan telur atau larva cacing secara kualitatif dan kuantitatif.
Temuan pada organ dalam Hanya dapat dilihat pada ternak yang sudah mati atau dipotong yakni dengan menemukan cacing dewasa pada organ Jika salah satu atau beberapa sapi ditemukan sapi terinfeksi cacingan, hal ini dapat diartikan dalam satu kelompok ternak tersebut terkena cacingan. Hal ini tentu akan berkaitan dengan penanganan yang perlu dilakukan untuk kelompok ternak tersebut.
Manajemen pencegahan
Cara paling sederhana untuk mencegah penyakit cacingan adalah menghindari faktor penyebab terjadinya penyakit. Kebersihan kandang harus selalu terjaga. Hindari kandang yang lembab dan becek agar tidak menjadi sumber pertumbuhan cacing. pengembalaan ternak terlalu pagi sebaiknya di hindari karena larva cacing biasanya banyak ditemukan dipermukaan rumput yang masih basah. Agar dapat memutus siklus hidup cacing, sebaiknya ternak digembalakan secara bergilir yang artinya ternak tidak digembalakan secara terus menerus. Kualitas pakan yang baik juga mampu menurunkan resiko terjadinya penyakit ini. Selain itu, pastikan ternak mendapat program pemberian obat cacing mulai dari pedet hingga dewasa yang diulang 3-4 bulan sekali untuk membasmi siklus hidup cacing tersebut.
Resep Obat Cacinga Alami Untuk Sapi
Proses Pembuatan obat Cacing
Bahan dan peralatan dalam pembuatan obat cacing yang diperlukan antara lain :
tempe busuk 250 gram
Tempe kaya akan serat, kalsium, vitamin B dan zat besi. Berbagai macam kandungan dalam tempe mempunyai nilai obat, seperti antibiotika untuk menyembuhkan infeksi dan antioksidan pencegah penyakit degeneratif (Wikipedia, 2009).
lengkuas atau laos 50 gram
Dalam farmakologi cina dan pengobatan tradisional lainnya disebutkan lengkuas merah memiliki sifat anti jamur dan anti parasit .Kandungan dari lengkuas ini adalah berupa minyak atsiri. Lengkuas berfungsi sebagai penetral racun dan mencegah tumbuhnya parasit yang ada dalam rumen (Hariani, 2007). Lengkuas (Alpina galanga SW) dikenal kaya kandungan kimia. Beberapa zat kimia yang sudah diketahui terkandung dalam tanaman yang dikenal dengan nama daerah laos, laja, atau isem ini adalah saponin, tanin, flavonoida, dan minyak atsiri. Selain itu, terdapat kandungan aktif basonin, eugenol, galangan, dan galangol (Republika, 2009).
jamu pegal linu 1 bungkus
Jamu pegal linu berfungsi untuk meningkatkan kekebalan dan ketahanan tubuh, mencegah timbulnya penyakit (Hariani, 2007), selain hal tersebut jamu pegal linu juga bermanfaat untuk mengembalikan stamina pada tubuh terlebih setelah sakit. Jamu pegal linu terdiri dari bahan-bahan alami atau herbal berupa serbuk yang terdiri dari kunyit, kencur, jahe dan lainnya yang berguna untuk ketahanan tubuh, meningkatkan stamina tubuh dan menjaga kekebalan tubuh dari penyakit (Perwira, 2006).
lumpang atau cobek, penumbuk atau alu, parutan kelapa
Cara pembuatannya adalah mula-mula tempe busuk dilumatkan sampai halus dan lengkuas diparut, lalu dicampurkan dengan jamu pegal linu pada parutan lengkuas sampai merata. Selanjutnya seluruh bahan dicampur menjadi satu sambil ditumbuk sehingga bertambah lumat (Perwira, 2006).
Cara Pemberian Pada Ternak
Pemberian ramuan untuk pengobatan sapi atau kerbau adalah 60 gram setiap minggu selama 4 kali pemberian, sedangkan pada kambing/domba sebanyak 10-15 gram setiap minggu selama 4 kali pemberian. Untuk pencegahan pada sapi atau kerbau sebanyak 60 gram setiap bulan sekali dan kambing/domba sebanyak 10-15 gram setiap bulan sekali (Perwira, 2006).
Obat Cacing Alami Menggunakan Buah Pinang
Pinang sirih (Areca catechu Linn) merupakan jenis tanaman dengan nilai ekonomis tinggi dibandingkan jenis lainnya. Penyebaran jenis pinang ini banyak terdapat di Pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara Timur dan Papua. Buah pinang sirih terdiri dari serat kulit yang membungkus bijinya. Biji pinang mengandung berbagai macam zat kimia antara lain tannin (11,10%), alkaloid (0,56%), lemak (13,90%), air (11,5%), minyak atsiri dan sedikit gula. Tanin, lemak dan alkaloid merupakan komponen yang memegang peranan penting dan utama. Alkaloid yang terkandung dalam buah pinang berupa minyak basa keras yang disebut arekolin bersifat kolienergik yang berfungsi memberi efek penenang. Senyawa inilah yang berguna dalam pengobatan penyakit askariasis pada ternak.
PINANG (Areca catechu L)
Klasifikasi
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Bangsa : Aracales
Suku :Palmae
Marga : Areca
Jenis : Areca catechu L
Nama umum/dagang: PINANG
Khasiat dan kegunaan :
Cara pengendalian penyakit yang paling mudah adalah dengan memutuskan siklus hidup cacing pada tahap telur. Cara lain yaitu dengan membuang feces atau kotoran ayam agak jauh dari areal pemeliharaan agar telur-telur cacing tidak masuk ke dalam tubuh. Pengobatan pada ayam yang sakit ditujukan agar cacing yang berada dalam usus keluar bersama dengan telurnya juga menghindari infeksi cacing pada ayam.
Kandungan kimia
Didalam buah pinang seperti Arecoline yang merupakan sebuah ester metil-tetrahidrometil-nikotinat yang berwujud minyak basa keras. Dulu, zat tersebut digunakan dalam bentuk arecolinum hydrobromicum yang berfungsi untuk membasmi cacing pita pada hewan seperti unggas, kucing, dan anjing, sebelum ditemukannya obat cacing sintetik, seperti piperazine, tetramisole, dan pyrantel pamoate.
Senyawa kimia lainnya yang terkandung dalam biji pinang adalah Arecaidine atau arecaine, Choline atau bilineurine, Guvacine, Guvacoline, dan Tannin dari kelompok ester glukosa yang menggandeng beberapa gugusan pirogalol. Sifat astringent dan hemostatik dari zat tannin inilah yang berkhasiat untuk mengencangkan gusi dan menghentikan perdarahan. (Sihombing, 2010)
Pinang dikenal sebagai stimulansia yang dicampur dengan sirih dan kapur atau terkadang dicampur tembakau. Tetapi bagi peternak atau mereka yang berkecimpung di bidang peternakan walaupun belum dikenal secara meluas, pinang sangat besar khasiatnya, karena kandungan zat kimianya yang dapat digunakan untuk mengobati ternak yang sakit seperti penyakit cacing.
Cacing merupakan endoparasit yang sering menyerang manusia dan ternak, dan Ascaradia galli termasuk dalam klas Nematoda yang hidup dalam saluran pencernaan tepatnya pada dinding usus halus tubuh inangnya. Kerugian yang diakibatkan oleg cacing ternak adalah :
Kerugian ekonomis yang ditimbulkan akibat parasit cacing tersebut adalah pengurangan pertambahan bobot badan harian (average daily gain = ADG) mencapai 0,1 kg per hari,
Penurunan status reproduksi (calving interval menjadi lebih panjang), serta kematian pedet maupun sapi muda.
Kerugian ekonomi akibat fasciola berupa penurunan berat badan dan karkas, produksi susu, gangguan reproduksi hingga kematian. Kerugian ekonomi yang disebabkan oleh Fasciola diperkirakan sekitar 153,6 milyar rupiah setiap tahunnya. Kerugian ekonomi tersebut berupa kerusakan hati, kekurusan, dan penurunan tenaga kerja pada sapi/kerbau yang terinfeksi.
Parasitisme internal ini mempengaruhi produktivitas dan reproduktivitas sapi betina, menurunkan daya tahan terhadap penyakit dan merupakan penyebab signifikan kematian pedet.
Gejala penyakit
Khusus pada ayam buras, jika terserang penyakit cacing penampilannya tampak pucat, lesu, kurus dengan sayap menggantung serta kondisi yang berangsur-angsur menurun hingga dapat menyebabkan terjadinya kematian. Infeksi ini dapat menurunkan daya tahan tubuh ayam sehingga mudah terserang penyakit lain sehingga dapat menyebabkan kematian.
Pada ternak ruminansia seperti kambing, sapi dan kerbau penyakit cacingan muncul akibat infeksi parasit dalam yang ditimbulkan oleh cacing dengan gejala : nafsu makan yang bervariasi, gangguan pencernaan, turunnya kondisi (badan kurus), kulit kusam,bulu berdiri, anemia, lapisan mukosa pucat, adanya kotoran di mata/belekan, sembelit atau diare, batuk dengan gejala bronchitis kebengkakan di bawah rahang terus ke bagian perut. Penyebabnya adalah cacing pita, cacing gelang (Neoascaris vitulorum), cacing lambung (Haemonchus contortus), dan cacing hati(Fasciola hepatica).
Ramuan
Dalam pengobatan cacingan ini menggunakan biji buah pinang muda dan buah kering. Dalam pengobatan ini biji pinang yang digunakan adalah biji yang tua dan kering dalam bentuk bubuk. Pembuatan bubuk biji pinang dapat dilakukan sesuai dengan prosedur yaitu dosis biji pinang yang akan digunakan ditumbuk hingga halus, campurkan bubuk biji pinang dengan dosis air yang disarankan, pemberian dapat dilakukan dengan mencampurkan bubuk biji pinang dengan air minum setiap hari selama periode pengobatan. Namun ada cara lain yang bisa dilakukan yaitu dengan 2 gram serbuk dan biji Areca catechu L. diseduh dengan air matang panas ½ gelas, setelah dingin disaring. Hasil saringan diminum, biasanya larutan diberikan 1 bulan 1 kali untuk pemeliharaan. Untuk pengobatan larutan diberikan 1 kali sehari selama 2 - 3 hari dan biasanyaa cacing akan keluar dalam waktu 24-48 jam.
Secara tradisional, pengobatan askariasis dapat dilakukan dengan menggunakan biji pinang sesuai dosis yang tepat. Pemberian 0,5 bagian biji pining sirih ditambah 10 ml air dapat melumpuhkan cacing pada ternak kambing.
Referensi:
Tethool,A.N dan Seseray, D.Y. 2009. Identifikasi Jenis Cacing Sapi Bali yang Dipelihara di Taman Ternak FPPK. Jurnal ilmu peternakan dan veteriner tropis vol 4, No 1 (2009)
Astiti, L.G.S 2010. Petunjuk praktis manajemen pencegahan dan pengendalian penyakit pada ternak sapi. kementrian pertanian
loading...