Musuh alami yang digunakan sebagai pengendali hayati dan cukup efektif untuk mengendalikan penggerek tongkol adalah Trichogramma spp. yangmerupakan parasitoid telur, di mana tingkat parasitasi pada hampir semua tanaman inang H. armigera sangat bervariasi dengan angka maksimum 49% (Mustea 1999). Eriborus argentiopilosa (Ichneumonidae) juga merupakan parasitoid pada larva muda. Dalam kondisi kelembaban yang cukup, larva juga dapat diinfeksi oleh M.anisopliae. Agen pengendali lain yang juga berpotensi untuk mengendalikan serangga ini adalah bakteri B. bassiana dan virus Helicoverpa armigera Nuclear Polyhedrosis Virus (HaNPV). Kultur Teknis Pengolahan tanah secara sempurna akan merusak pupa yang terbentuk dalam tanah dan dapat mengurangi populasi H. armigera berikutnya.
Pengendalian Hama Tanaman Jagung. Salah satu faktor penentu budidaya jagung adalah kemampuan untuk mengendalikan hama tanaman jagung. Kerusakan yang ditimbulkan oleh hama tanaman jagung terutama hama penggerek tongkol jagung akan sangat menurunkan kualitas tongkol jagung yang dihasilkan juga akan sangat menurunkan kuantitas produksi tanaman jagung. Pengendalian hama penggerek tongkol jagung dapat dilakukan dengan dua macam cara yaitu secara hayati dan secara kimiawi.
![]() |
Hama Penggerek Tongkol Jagung |
![]() |
Tongkol Jagung Yang Terserang Hama Penggerek |
Larva terdiri atas 5-7 instar, tetapi umumnya enam instar dengan pergantian kulit (moulting) setiap instar 2-4 hari. Periode perkembangan larva sangat bergantung pada suhu dan kualitas makanannya.
Khususnya pada jagung, masa perkembangan larva pada suhu 24-27,2oC adalah 12,8-21,3 hari. Larva serangga ini bersifat kanibalisme sehingga 284 Jagung: Teknik Produksi dan Pengembangan merupakan salah satu faktor yang menekan perkembangan populasinya.
Pada kondisi yang tidak memungkinkan seperti panjang hari 11-14 jam/ hari dan suhu yang rendah (15-23oC), H. armigera mengalami diapauses atau sering disebut diapause pupa fakultatif. Diapause pupa dapat berlangsung beberapa bulan bahkan dapat lebih dari satu tahun. Pada kondisi lingkungan yang mendukung, fase pupa bervariasi dari enam hari pada suhu 35oC sampai 30 hari pada suhu 15oC.
Gejala Serangan
Imago betina akan meletakkan telur pada silk jagung dan sesaat setelah menetas larva akan menginvasi masuk ke dalam tongkol dan akan memakan biji yang sedang mengalami perkembangan (Gambar 9). Infestasi serangga ini akan menurunkan kualitas dan kuantitas tongkol jagung.
Pengendalian Hayati
Musuh alami yang digunakan sebagai pengendali hayati dan cukup efektif untuk mengendalikan penggerek tongkol adalah Trichogramma spp. yangmerupakan parasitoid telur, di mana tingkat parasitasi pada hampir semua tanaman inang H. armigera sangat bervariasi dengan angka maksimum 49% (Mustea 1999). Eriborus argentiopilosa (Ichneumonidae) juga merupakan parasitoid pada larva muda. Dalam kondisi kelembaban yang cukup, larva juga dapat diinfeksi oleh M.anisopliae.
Agen pengendali lain yang juga berpotensi untuk mengendalikan serangga ini adalah bakteri B. bassiana dan virus Helicoverpa armigera Nuclear Polyhedrosis Virus (HaNPV).
Kultur Teknis Pengolahan tanah secara sempurna akan merusak pupa yang terbentuk dalam tanah dan dapat mengurangi populasi H. armigera berikutnya.
Kimiawi
Agak sulit mencegah kerusakan oleh serangga ini karena larva segera masuk ke tongkol sesudah menetas. Untuk mengendalikan larva H. armigera pada jagung, penyemprotan harus dilakukan setelah terbentuknya silk dan diteruskan (1-2 hari) hingga jambul berwarna coklat. Untuk itu dibutuhkan biaya yang cukup cukup mahal .
Sumber :